Saturday, September 13, 2008

BARACK OBAMA DAN MOTIVASI UNTUK PARA PEMUDA INDONESIA

(Sebuah Catatan Ringan)


".....That’s why I’m running for the President of the United States

Because there is a poor child out there and that’s my child,

Because there is a senior who’s even trouble that’s my grand pal,

and there is a guy who’s lost his job, that’s my brother,

and that’s a woman out there without healthy that’s my sister…


Those are values that build this country,

Those are values we are fighting for..


And if you are stay with me and work with me,

and knock on doors with me,

and make a phone calls with me

then I promise you;

we would not just win this election,

but we will change the world …”


(Dikutip dari pidato kampanye Barrack Obama di Wisconsin, 1 September 2008)




I

Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) ternyata telah menyedot tidak hanya perhatian warga Amerika Serikat sendiri, tapi juga telah menyedot perhatian warga dunia secara umum. Sebelum masa kampanye terbuka sekarang antara Partai Republik (dengan capres John McCain) dan Demokrat (dengan capres Barack Obama), Konvensi Internal Partai Demokrat yang menghadirkan pertarungan antara Hillary Clinton melawan Barrack Obama telah menyedot perhatian dunia. Bagaimana di Indonesia? Demam Pilpres AS ternyata sampai juga di sini. Diskusi-diskusi mengenai Pilpres AS ramai diperbincangkan dan banyak menjadi konsumsi publik.



Tulisan ini bukanlah untuk mengkomentari dan menganalisis lebih jauh peluang masing-masing capres dalam Pilpres AS. Akan tetapi, tulisan ini mencoba untuk memberikan catatan sisi lain pilpres di Amerika Serikat. Bahwa pertarungan antara Barack Obama dan John McCain, bukan sekedar pertarungan antara kaum Demokrat dan Republik Lebih jauh dari itu, ini adalah pertarungan antar generasi. 2 Barack Obama adalah politisi muda yang baru berusia 47 tahun, usia yang tergolong relatif muda untuk seorang calon presiden. Sedangkan John McCain adalah veteran Perang Vietnam yang telah genap berusia 63 tahun. Maka tulisan ini akan mencoba mengangkat fenomena itu. Bahwa usia yang muda ternyata bukanlah merupakan halangan bagi seseorang untuk maju dan berkirpah di pentas politik, dan Obama menjadi fenomena yang mewakili semangat anak muda di seluruh dunia. Pada titik ini, pertanyannya kemudian; di Indonesia, apa yang bisa kita ambil dari “fenomena Obama”?

II


Salah satu yang dibutuhkan seseorang untuk tampil menjadi tokoh besar adalah momentum yang tepat. Dan Obama hadir di ruang dan waktu yang sangat mendukung. Beberapa alasan diantaranya; Pertama Obama adalah cermin politisi yang memperjuangkan kesamaan derajat. Dalam setiap kampanye, Obama juga sering menyerukan jargon “Satu Amerika” sebagai reaksi atas "kultur rasisme" yang belum sepenuhnya hilang dari bumi Paman Sam3. Latar belakang Obama yang multiras dan multikultural, juga menjadi poin tersendiri. Sosok Obama dianggap representasi warga AS yang beragam: kulit putih, Afrika-Amerika, Hispanics, Asia, serta Arab dan Timur Tengah4.


Kedua, dan ini penting, bahwa masyarakat Amerika membutuhkan generasi baru yang bebas dari dosa masa lalu. Generasi George Walker Bush telah membawa Amerika kepada konflik dengan dunia luar dan melupakan urusan domestik. Generasi yang diharapkan tidak hanya menyerukan perubahan, tapi mampu meyakinkan publik bahwa dirinya bersih dari segala kesalahan masa lalu dan siap menyongsong perubahan. Obama mewakili itu. Sebagai seorang senator muda, ia relatif bersih dari kesalahan. Dan yang terpenting, di usia muda ia telah mampu menembus persaingan di antara tokoh-tokoh senior Partai Demokrat. Persaingannya dengan Hillary Clinton dalam konvensi internal membuktikan angin perubahan Obama ternyata didukung oleh kalangan muda Partai Demokrat dengan seruan “regenerasi kepemimpinan”5. Hasil konvensi yang menempatkan dirinya sebagai perwakilan resmi dari Partai Demokrat telah mendobrak mitos senioritas di tubuh partai tersebut, dan Obama sukses membuktikan itu semua.



III



Sejarah mencatat, founding father Indonesia lahir dari rahim pergerakan pemuda. Awalnya, mereka adalah anak-anak muda yang gelisah dengan kondisi zamannya. Soekarno mulai aktif dalam Partai Nasional Indonesia di usia 21 tahun, usia yang masih sangat muda. Pun begitu dengan M. Natsir yang telah mulai banyak menulis dan aktif dalam gerakan politik sejak usia 20 tahun6. Peran pemuda Indonesia, baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan, tidak terbantahkan lagi. Jejak sejarah kaum muda pascakemerdekaan dapat kita lihat misalnya ketika Sudirman menjadi jenderal pertama dan sekaligus panglima di republik ini dalam usia masih sangat muda.


Bergulirnya reformasi telah mengubah banyak hal dalam kehidupan. Era Orde Baru yang menutup rapat keran regenerasi telah lama dirubuhkan. Perubahan itu hendaknya mendorong kaum muda untuk dinamis dan cerdas membaca realitas zaman. Salah satunya adalah mereposisi peran kaum muda. Dengan berkaca dari perubahan politik di Amerika Serikat, seharusnya pemuda Indonesia termotivasi untuk melakukan mobilitas vertikal mengisi pos-pos strategis perubahan. Sudah saatnya pemuda tidak hanya berhenti menjadi saksi perebutan kursi yang dilakukan kaum tua. Bukan lagi waktunya kaum muda hanya bertindak sebagai operator dari generasi yang terbukti gagal, kemudian berusaha merebut kekuasaan kembali. Tetapi, harus mampu melahirkan generasi kepemimpinan baru yang lebih mampu memberi harapan dan perubahan.



IV

Tulisan ini kiranya belum mampu menyimpulkan apapun. Namun, tulisan ini mencoba untuk menawarkan gagasan baru untuk para pemuda Indonesia dengan belajar dan berkaca dari proses politik di Amerika Serikat, diantaranya; Pertama, saat ini adalah momentum yang tepat bagi para pemuda untuk tampil dalam pos-pos strategis dalam perubahan bangsa. Tugas pemuda Indonesia bukanlah menunggu momentum yang tepat, akan tetapi tugas kita adalah merebut momentum tersebut dengan tampil sebagai kaum terpelajar yang membawa ide segar perubahan yang bebas dari dosa-dosa masa lalu. Kiranya Barack Obama cukup menjadi inspirasi untuk kita semua.



Kedua, sekarang adalah saatnya bagi para generasi tua untuk tidak lagi berpikit kolot dan serakah. Saatnya orang-orang tua yang ada di posisi strategis membuka jalan bagi anak-anak muda yang siap tampil ke muka. Harus ada percepatan regenerasi kepemimpinan di Indonesia. Jangan sampai panggung politik dan elit bangsa diisi oleh orang-orang lama yang telah berlumur dosa masa lalu. Apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh senior Partai Demokrat dengan membuka jalan bagi Barack Obama untuk tampil menjadi Capres dengan melihat dukungan dari konstituen, kiranya cukup menjadi pelajaran bagi kita.



Perubahan global yang menampilkan pemimpin-pemimpin dari generasi baru seperti Ahmadinejad di Iran, Hugo Chavez di Venezuela dan yang terbaru “fenomena Obama” di Amerika Serikat mudah-mudahan mampu memotivasi kita para pemuda Indonesia untuk terus berbenah menyongsong zaman baru untuk generasi baru. Percaya atau tidak, semuanya kembali kepada kita apakah kita cukup mampu dan berani untuk merebut momentum saat ini. Anda percaya?? Seperti kata Obama; Change We Can Believe In..


........kita generasi muda ditugaskan untuk membersihkan semua sisa sejarah yang salah.........”

(Soe Hok Gie)



...Dedicated for someone who’s also loves Obama.. I Believe time will prove it...”





1 Mahasiswa Ilmu Politik FISIP Unsoed SKS 2004. mantan Presiden BEM FISIP periode 2006-2007. Sekarang aktif di Keluarga Besar Mahasiswa Unsoed (KBMU) dibarengi dengan persiapan tugas akhir dan skripsi.

2 Harian Kompas, Jum’at 12 September 2008

3 Untuk lebih jelas akan hal ini silahkan baca buku Diana L Eck. Amerika Baru Yang Religius, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2005

4 www.fajar.co.id/index.php?act=news&id=51816, diakses tanggal 12 September 2008

5 www.suaramerdeka.com/harian/0702/19/opi03.htm diakses tanggal 11 September 2008

6 Deliar Noer, Memperbincangkan Tokoh-tokoh Bangsa, dalam Natsir : Suatu Kenangan Tersendiri. Pustaka Mizan, 2001

8 comments:

Bang Begs said...

kematangan "Obama" dan atribut kedewasaan berpolitik adalah bagian dari tugas kita menciptakan kesejahteraan dalam alam demokrasi...bukankah itu tujuan kita melewati tahapan pergerakan ini?semangat pemuda adalah elan vital dalam tahapan ini, dan kemudian tidak sekedar memimpin tapi juga membangun!!!

el-ferda said...

ko, coba mulai menulis narasi-narasi kecil. biar pengunjung gak harus mengeryitkan dahi ketika mampir ke blogmu.

itu kenapa aku juga menulis narasi kecil, agar free market of ideas lebih dinamis. dan tentunya lebih mudah dicerna dan down to earth.

Shinta ar-djahrie said...

Salam.
Maz, tulisannya font-nya terlalu kecil2..aq copy aja ya..pengan dibaca dirumah.
Diupdate donk blog-nya..dikasih acsesoris..biar cakep... ok?? jadi yang berkunjung betah...
Eh, kok template-nya sama kayak mas begs? coklat lagi!!! pasti ikut2an blognya nta..:p
Ok, good luck!!

Bang Yasir said...

blog ente bikin bete pembaca. coba ente lakuin sarannya firdaus tuh. saya ja pusing banget bacanya. bagus sich tapi terlalu berat. harusnya blog kita bikin enteng tapi berbobot jadiorang yang baca ga jengah. maf kritik ini buat kebaikan ente juga kok.

jangan lupa nambahin aksesoris kaya shoutbox atawa hit counter

Anonymous said...

Lamlikum bang iqo...

pa kabar nich?iya deh..ane mampir.

Hohoho..kesannya maksa bangetz ya.

Nggak deng..nyantai aja yaw.

salam hangat!!
(nyontek kata2nya kang daus aditama..hehehehe..)

dari agus gantengs yang paling gantengs diantara yang pada gantengs...

Anonymous said...

Bingung ya?

ini ane akh..agus supriyadi bin
sofyan..

anak biologi uncud.

Hasby M. Zamri said...

Aslmlkm.....

Bang, tulisannya blm di up-date lg nich,
ditunggu tulisan br nya ya,

Btw, blog mu q link di blog q ya,

Oc, Sukses selalu bwt para blogger Ind,

Thx,

Dodi Faedlulloh said...

Wah wah baru berkunjung ke blogmu mas ..... hehehehe